“..Lihatlah disana literatur-literatur bertumpuk membahas tentangmu
sebagai makhluk yang berbeda dengan kaum kami. Engkaulah topik yang
menjadi inspirasi sekaligus menjadi kuncup-kuncup nan mempesona dalam
menggerakkan pena dan tinta para penulis. wahai belahan jiwa kaum kami,
pembicaraan tentangmu tidak akan pernah gersang atau pun usang seiring
musim silih berganti..”
****
Sepertinya anak kecil tadi[1]
menunggu sang ayah keluar dari masjid. Ia berdiri pada jarak kurang dari
5 meter dari pintu masjid, dekat dengan tempat wudhu bagian depan.
Umurnya mudah ditebak walaupun secara tak pasti. Setidaknya ia berada
pada fase usia anak-anak Play Grup atau Taman Kanak-kanak. .
Ada yang mengagumkan, kawan.
Ingin
kuberbicara dengan bidadari kecil ini. Kuucapkan salam. Dia pun
memutarkan badannya agar bagian depan tubuh dan mukanya tak berhadapan
denganku. Begitu sempurna pakaian yang membungkus dan membalut tubuhnya.
Terpolesi pula dengan cadar untuk menutupi wajahnya.
Subhanallah.
Allahu akbar. .
Telah terurai rasa malu wanita-wanita yang memamerkan dan mempertontonkan kecantikannya di luar sana.
Telah tertimbun begitu dalam rasa malu wanita-wanita yang berjalan berlenggak-lenggok di jalan.
Telah
tercabik rasa malu wanita-wanita yang berada di akhir zaman ini yang
menandakan musim fitnah datang bertandang menggerogoti puing-puing
keimanan anak adam.
Wahai saudariku muslimah.
Janganlah engkau mengikis keimanan kami dengan cara bertabarruj.
Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu.”[2]
Tahukah engkau tentang tabarruj itu?
Engkau
menampakkan keelokan wajah dan titik-titik pesona tubuhmu di hadapan
laki-laki non mahram [3]. Engkau menampakkan betis, lengan, kepala dan
rambutmu. Engkau keluar rumah dengan dandanan memikat dan mengundang
fitnah [4]. Engkau pampang foto-fotomu di dunia maya ini terlebih dengan
senyuman menggoda.
Tak kah engkau sadar bahwa itu semua adalah
praktek kemungkaran yang dahsyat menerjang dan melanggar syariat? Tak
sadarkah bahwa itu semua menyebabkan murka, siksa dan amarah Allah?
Siapkah engkau kedatangan hujan bencana di alam ini?
Saudariku muslimah. . .
Suburkanlah
keimanan kami dengan mengganti foto profilmu di dunia maya ini. Jangan
seret kami ke arah kemaksiatan yang berujung di neraka.
Mungkin
engkau ingin dikatakan cantik sehingga engkaupun tersanjung. Baiklah.
Kukatakan engkau itu cantik. Namun apakah perkataan ini merupakan mata
air kebahagiaan yang menyirami bunga-bunga keimananmu? Tidak wahai
saudariku karena penilaianku hanya fisik semata. Engkau akan cantik dan
anggun dengan kemuliaan risalah langit yang kau rengkuh di jalan ilmu.
Saudariku muslimah. .
Hidayah
itu amat mahal. Tak terjual di pasar dan jalanan. Pula, hidayah itu
mudah beterbangan lalu terurai dan luntur bersama hembusan angin.
Karenanya, bergabunglah dengan saudarimu yang shalihah. Mereka telah
mendahuluimu dalam hal ilmu dan amal. Nikmati syahdunya hidayah bersama
mereka.
Wahai saudariku yang shalihah dan telah mendahului
sebagian yang lain dalam ilmu dan amal. Doakanlah saudarimu agar bisa
bergabung dalam kafilah wanita-wanita yang didamba surga. Mereka pun
adalah perindu surga dan hendak menginginkan rengkuhanmu. Sertakan
mereka dalam setiap sujud yang engkau rebahkan di hadapan Ar-Rahman. . .
.
Sekian, Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar